Beranda | Artikel
Kaedah Fikih (15): Merampas Harta Orang Lain
Rabu, 2 April 2014

Rumaysho.Com kembali melanjutkan kaedah fikih yaitu tentang masalah harta. Kaedahnya, harta orang lain haram untuk diambil sampai adanya dalil yang menunjukkan halalnya. Kaedah ini pun mengajarkan haramnya tindak pencurian dan perampasan.

Syaikh As Sa’di melanjutkan dalam bait syairnya,

الأصل في الأبضاع واللحوم والنفس للمعصوم

>تحريمها حتى يجيء الحل فافهم هداك الله ما يحل

Hukum asal hubungan biologis dan daging, begitu pula darah dan harta orang yang terjaga

adalah haram sampai datang dalil yang menunjukkan halalnya, maka pahamilah apa yang telah didiktekan

Ini berarti hukum asal harta adalah haram. Ini menunjukkan haram bagi kita mengambil harta orang lain.

Banyak dalil yang mendukung kaedah ini, di antaranya ayat,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” (QS. An Nisa’: 29). Ayat ini menunjukkan tidak bolehnya merampas harta orang lain kecuali dengan jalan suka sama suka atau saling ridho.

Begitu pula dalam ayat lain disebutkan,

وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al Baqarah: 190). Pencurian dan perampasan tentu saja termasuk tindakan melampaui batas.

Dalam ayat lain juga disebutkan,

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (QS. Al Baqarah: 188).

Dalam hadits ketika berhaji wada’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ

Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian itu haram bagi kalian.” (HR. Bukhari no. 1739 dan Muslim no. 1679)

Dalam hadits lainnya disebutkan,

لاَ يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ إِلاَّ بِطِيبِ نَفْسٍ مِنْهُ

Tidak halal harta seseorang kecuali dengan ridho pemiliknya” (HR. Ahmad 5: 72. Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata bahwa hadits tersebut shahih lighoirihi).

Sedangkan yang dimaksud dengan ‘harta yang terjaga’, berarti keluar dari kaedah ini adalah harta dari kafir harbi (yaitu kafir yang diperangi kaum muslimin).

Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

@ Pesantren Darush Sholihin Panggang Gunungkidul, 2 Jumadats Tsaniyah 1435 H

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh TuasikalFans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom

Alhamdulillah, sudah hadir di tengah-tengah Anda buku Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal terbaru: “Kenapa Masih Enggan Shalat?” seharga Rp.16.000,-. Silakan lakukan order dengan format: Buku enggan shalat# nama pemesan# alamat# no HP# jumlah buku, lalu kirim sms ke 0852 00 171 222.


Artikel asli: https://rumaysho.com/7108-kaedah-fikih-15-merampas-harta-orang-lain.html